1. Terapi Humanistik/Eksistensial
Dasar terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta
memusatkan perhatian pada kecendrungan alami dalam pertumbuhan dan pewujudan
dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku
penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan
seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu pendekatan
yang dikenal dalam terapi Humanistik ini adalah Terapi yang berpusat kepada
klien Client-Centered Theraphy.
Tujuan Konseling Teori Konseling
Eksistensial
- Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien
menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
- Membantu
klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Pengertian Terapi Eksistensial Humanistic Menurut Beberapa Tokoh
Menurut kartini kartono dalam kamus
psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu
psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas,
serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah
Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam
menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial
Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang
mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan
batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam
komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk
mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
Teknik-teknik Konseling Eksistensial
Yang paling dipedulikan
oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa
menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya
adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan bukan pada menolong klien
agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May &Yalom, 1989). Biasaya terpis
eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi
bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap
yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi, mereka
menggunakan teknik
seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien
sehabis konseling), asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka
mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada
perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer &
Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan
teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan
manipulasi Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam
hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
- Penerimaan
- Rasa
hormat
- Memahami
- Menentramkan
- Memberi
dorongan
- Pertanyaan
terbatas
- Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
- Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
- Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
2.
Metode Terapi Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian
tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic
pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan
yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang
traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga
mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada
masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis ;
1.
Struktur kepribadian
§ Id (tidak memiliki kontak yang nyata dengan dunia nyata, id berfungsi untuk
memperoleh kepuasan sehingga disebut sebagai prinsip kesenangan)
§ Ego (disebut juga sebagai prinsip kenyataan. Ego berhubungan langsung
dengan duni nyata, ego juga memiliki peran untuk mengambil keputusan dalam
kepribadian. Ego menjadi penengah/penyeimbang antara id dan superego)
§ super ego (disebut sebagai prinsip ideal. Kepribadian yang terlalu
didominasi oleh super ego akan merasa selalu bersalah, rasa inferiornya yang besar)
2.
Kesadaran & Ketidaksadaran
§ Konsep ketidaksadaran
§ mimpi yang merupakan pantulan dari kebutuhan, kenginan dan konflik yang
terjadi dalam diri
§ salah ucap / lupa
§ sugesti pasca hipnotik
§ materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas
§ materi yang berasal dari teknik proyektif
3.
Kecemasan
§ Adalah suatu keadaan tegang atau takut yang mendalam akan peristiwa yang
akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan juga timbul akibat konflik dari id, ego,
dan superego. Kecemasan terdiri dari 3 jenis yaitu kecemasan neurosis yaitu
cemas akibat bahaya yang belum diketahui, kecemasan moral yaitu cemas akibat
konflik antara kebutuhan nyata/realistis dan perintah superego, dan yang ketiga
adalah kecemasan realistis yaitu kecemasan yang terkait dengan rasa takut misalnya
kecemasan akan bahaya.
Tujuan terapi :
§ Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan
yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini.
§ Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar
akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
§ Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
Peran terapis :
§ Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam
melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.
§ Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak mendengar &
menafsirkan
§ Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan pasien
§ Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita pasien
Teknik – teknik dalam terapi psikoanalisa :
1.
Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2
masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa
lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan,
termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan
tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu
hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan
hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk
berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan
psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat
mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh
terapis.
2.
Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi
dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis
teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis
yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku
yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi
dan hubungan terapeutik itu sendiri.
3.
Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak
disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak
terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju
kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah
sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi
yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4.
Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis
harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa
menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya,
pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
5.
Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa
lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh
pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.
3. Perbedaan Terapi Humanistik Eksistensial dengan Prison Centered Therapy
(Rogers)
Perbedaan
psikologi humanistik dengan tiga aliran utama psikologi, diawali dari tokoh-tokoh utama psikologi humanistik, yaitu Maslow
yang mengemukakan teori hierarki kebbutuhan manusia, Rogers yang memperkenalkan client-centered
therapy,dan Rollo May yang mendalami pemanfaatan filsafat eksistensialisme
dan fenomenologi pada kajian masalah-masalah psikologi.
Psikologi humanistik terutama berorientasi pada nilai-nilai manusia. Maslow
dan Rogers, misalnya, berpandangan bahwa perkembangan manusia mengarah pada
aktualisasi diri. Karena itu, menurut mereka pada dasarnya manusia ini
mempunyai kekuatan intrinsik yang pada hakikatnya mengarahkan dia untuk menjadi
baik. Namun pandangan ini ditentang oleh beberapa tokoh psikologi humanistik
yang menyatakan sebaliknya.
Bebetapa
istilah lain dari Kekuatan Ketiga yaitu; 'self-awareness movement'(karena
kesadaran diri menjadi salah satu kunci dalam psikologi humanistik), 'human
potential movement' (karena ditujukan untuk selalu lebih memanfaatkan
poteni manusia sepenuhnya), 'personal growth' (karena
didasarkan pada keyakinan bahwa manusia dapat berkembang dari batas yang ia
yakini sebelumnya, jika ia memperoleh kesempatan yang tepat dan diberi
keleluasaan pengambangan diri).
4. Teknik Logoterapi (Frank) yang dilakukan di Indonesia
dan Mengapa Mengguanakan Teknik Tersebut
Teknik Logoterapi
1. Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan dalam
logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap
yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl, menggambarkan hal
ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak
dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk
bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.
2. Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya
memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan
mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan
irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami
fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain
itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan
obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu
tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering
menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya
pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari
obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk
‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang
ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan
menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak
menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein
mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga
dalam terapi perilaku (behaviour therapy).
3. De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah
“de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri
(self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa
memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi
yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada
hal-hal yang positif dan bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk
menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini
merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam.
Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan
muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.
De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan pre-okupasi
somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan
frigiditas
Sumber:
Prabowo, H. &
Riyanti, B. P. D (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of Personality (7th
ed.). New York: McGraw-Hill.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta : Gunung Mulia.